Minggu, 05 Maret 2017

Let It Flow

Heyy, Beast,
Aku sudah mendengar kabar pernikahanmu. Dan kabar itu membuatku bahagia. Kabar itu pula mengingatkanku pada ceritamu tentang seorang wanita yang selalu menyita perhatianmu semasa kita masih dibangku sma.

Allah adalah Perencana terbaik. Wanita itu ternyata calon istrimu, eh, istrimu beberapa hari lagi. Ya Rabb, betapa beruntungnya kamu mengetahui bahwa kalian akan bersatu membentuk sebuah keluarga hingga maut memisahkan.

Aku melihat senyum yang senantiasa mengembang membentuk lengkungan menghias bibirmu. Matamu berbinar menahan haru. Dan tentu saja, kamu tidak bisa berhenti tertawa bahagia.

"Ini akhir penantianku, Ra," begitu ucapmu terus menerus kepadaku.

"Barakallah, Beast. Semoga lancarkan hingga akad tiba. Kalian dipersatukan atas nama Allah dan bersama sama menjadi keluarga yang sakinah, mawadhah, warohmah. Kalian dipersatukan baik di dunia dan di akhirat. Bahagia teruuus," doaku tulus. Tulus. Ikhlas.

Berapa taun ya kita barengan? Lama, ya, kan? Sampai-sampai mereka mengira kita pacaran. Padahal kita sahabatan. Enakan sahabatan, ya, kan, kamu nikah aja kita masih bisa bercanda. Ya walaupun aku harus menjaga jarak. Aku harus menghormati istri kamu.

Sekarang, aku gantian yang kena omelan kamu. Tiap ketemu pasti suruh, "segera, Ra. Disegerakan lebih baik." Reseee, sumpaah. Tapi bener juga apa yang kamu suruh. Kamu mah cuma ngutip apa yang aku ucapkan pas kamu masih perjaka. Giliran sudah nikah, yang jomblo gantian diledekin suruh segera menikah. But, Beast, aku masih belum siap jika aku menginginkan pemimpin yang seperti apa yang telah aku jabarkan ke kamu. Walaupun sudah 21 taun (otw 22 taun) tapi jiwaku masih 17 taun. Dan yang paling utama, jodoh kuu masih invisible. Hahahaha...

Yaps, ceritanya si sahabat rempong aku ini nungguin istrinya dari pas jaman sma sampai kuliah. Istrinya ini termasuk wanita cerdas yang meminta dihalalkan sebagai tanda keseriusan. Bayangkan sajaa, 6 taun mereka terombang ambing dalam uncertain relationship.  Sebelumnya sih saya memang mengarang cerita yang intinya adalah biasanya kalo pasangan ldr tanpa kepastian, ujung-ujungnya pasti ditinggal nikah. Dan karna sahabatku sangat cinta dengan istrinya sekarang, akhirnya dia memutuskan untuk menikah. Saya motivator pernikahan yang jahat. Hahaha.. At least, ini semua happy ending.

Mindset kamu berubah tatkala menikah. Aku mengamati terus. Aku merasakan perubahan itu. Aku tidak tahu harus menulis apa lagi. Kesimpulannya, kamu gentle. Kamu benar-benar laki-laki yang berani mengambil resiko meskipun kamu tahu ke depan jalanmu bakal lebih susah. Kata kamu, "masa depanku ditentukan dari apa yang aku usahakan hari ini."

Aaaaa... Beast, kamu benar-benar langka. Aku bahagia bisa bertukar pikiran tentang topik topik tertentu.

*nama disamarkan atas dasar menjaga nama baik dari tokoh cerita*