Tok. . Tok. . Tok. .
Siapa pula yang bertamu malam-malam hujan badai begini, batin Mbok Ratmi sembari tergopoh-gopoh menuju ruang tamu. Tangannya menarik gagang pintu hingga menimbulkan derit yang bercampur dengan riuhnya hujan. Seorang wanita dan sebuah bayi merah dalam dekapannya. Matanya mendadak menatap iba kearah seorang wanita yang sedikit menggigil. Terlebih kepada bayi yang digendong wanita tersebut. Segera saja, dia persilahkan wanita tersebut masuk ke dalam rumahnya.
Disuguhinya segelas teh hangat yang masih mengeluarkan uap hangat. "Minum, Nduk," perintahnya. Lalu wanita tersebut mengangkat gelas tersebut tanpa ada keraguan, dan menyesap perlahan teh tersebut.
"Ada apa kamu malam-malam begini. Kasihan genduk kedinginan," kata Mbok Ratmi sembari membelai kepala bayi tersebut. Rambut lembut namun dingin beradu dengan tangan kasar Mbok Ratmi. Bayi tersebut menggeliyat seakan menyadarinya.
"Saya minta tolong simbok," ujarnya lirih. Tatapannya kosong tanpa tujuan. Ada semburat kegelisahan ketika dia menunduk memandang bayi dalam gendongannya.
"Saya titip anak saya," lanjutnya menahan sesuatu di dalam hatinya.
"Lha kamu mau pergi kemana?"
"Saya mau jadi TKI ke Arab, tidak ada yang kenal kecuali simbok. Saya benar-benar minta tolong, Mbok. Kalau bukan Simbok siapa lagi yang mau mengasuh pelangi," isaknya.
Tampak keraguan di mata Mbok Ratmi. Ada rasa ingin menolak karena amanah dari wanita tersebut teramat berat baginya. Ada rasa ingin menerimanya dengan alasan, mau dibawa kemana bayi tersebut dibawa setelah ini? Apakah dibuang? Hatinya benar-benar bergejolak hebat. Namun sebuah anggukan dengan makna iba yang teramat dalam benar-benar telah membuat kehidupan setelah kejadian tersebut berubah. Tiada kesepian dihari-harinya, karena pelangi senantiasa membawa kebahagian dihidupnya.
"Ada apa kamu malam-malam begini. Kasihan genduk kedinginan," kata Mbok Ratmi sembari membelai kepala bayi tersebut. Rambut lembut namun dingin beradu dengan tangan kasar Mbok Ratmi. Bayi tersebut menggeliyat seakan menyadarinya.
"Saya minta tolong simbok," ujarnya lirih. Tatapannya kosong tanpa tujuan. Ada semburat kegelisahan ketika dia menunduk memandang bayi dalam gendongannya.
"Saya titip anak saya," lanjutnya menahan sesuatu di dalam hatinya.
"Lha kamu mau pergi kemana?"
"Saya mau jadi TKI ke Arab, tidak ada yang kenal kecuali simbok. Saya benar-benar minta tolong, Mbok. Kalau bukan Simbok siapa lagi yang mau mengasuh pelangi," isaknya.
Tampak keraguan di mata Mbok Ratmi. Ada rasa ingin menolak karena amanah dari wanita tersebut teramat berat baginya. Ada rasa ingin menerimanya dengan alasan, mau dibawa kemana bayi tersebut dibawa setelah ini? Apakah dibuang? Hatinya benar-benar bergejolak hebat. Namun sebuah anggukan dengan makna iba yang teramat dalam benar-benar telah membuat kehidupan setelah kejadian tersebut berubah. Tiada kesepian dihari-harinya, karena pelangi senantiasa membawa kebahagian dihidupnya.